Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini dibuat atas dasar iseng-iseng saja. Mumpung lagi ada waktu luang jadi coba-coba deh, hehe.. Di dalam blog ini juga saya menulis apapun yang saya bisa tulis So, kalau dibilang isinya campur aduk ya maklum-maklum aja Tapi walaupun iseng kalau ada tulisan saya di blog ini yang salah atau menyinggung para pembaca, mohon koreksinya.

Jumat, 25 Desember 2009

LAKEY BEACH



Menangkap Angin Di Pantai Lakey Dompu

pantai-la-key KABUPATEN DOMPU punya Pantai Lakey yang terkenal di kalangan peselancar dunia. Setiap Bulan Maret hingga Agustus, pantai yang terletak di Desa Hu’u ini dipenuhi wisatawan yang punya minat khusus di olahraga surfing dan wind surfing. Mereka memang sengaja datang memburu ombak dan angin. Biasanya dari Bali menuju Lombok, kemudian beralih ke Sumbawa. Intinya mengikuti kemana arah ombak yang diinginkan akan terwujud....

Setelah Bom Bali beberapa tahun lalu, Pantai Lakey sempat sepi pengunjung. Wisatawan Australia yang rajin menyambangi takut datang. Tapi kini animo mulai pulih. Bahkan asal negara peselancar yang datang kian bervariasi. Amerika Latin dan Eropa tercatat kian sering datang. Mereka biasanya tinggal dalam hitungan minggu hingga bulan, sebelum akhirnya berkelana mencari tantangan baru.

Lokasi Pantai Lakey sekitar dua jam perjalanan dari Bandar Udara Muhammad Salahuddin, Kabupaten Bima. Untuk menuju tempat ini harus menyewa mobil dengan harga sekitar Rp. 600 ribu, atau kalau mau irit bisa naik bis biasa yang menuju Dompu dengan harga lebih kurang Rp. 50 ribu sampai ke Terminal Ginte Kabupaten Dompu. Baru dari Terminal Ginte bisa tawar menawar dengan Bemo Kota dengan kisaran harga antara Rp. 200 ribu sampai dengan Rp. 300 ribu. Pantai Lakey cukup dikenal di kalangan penggila selancar. Meski ketinggian ombak tidak terlalu istimewa — sekitar enam hingga delapan meter — namun arah sapuannya memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Peselancar dunia menyenangi ombak Lakey karena arah sapuan ombaknya ke kiri bukan ke kanan. “Untuk mengatasi ombak dengan arah kiri perlu keahlian tersendiri. Medannya menjadi berat karena ombaknya kidal,” papar salah satu wisatawan dari Brazil yang tengah asyik mengoles kulit muka dengan krim pelindung matahari.

pantai-la-key2Karena itulah, bagi mereka Lakey adalah salah satu surga dunia. Selain ombak dan angin, pemandangan pantainya masih asri dan mempesona. Pun sepanjang perjalanan dari bandara menuju Lakey. Saat kemarau, pohon-pohon kering meranggas membingkai sepanjang jalan. Berpadu indah dengan pantai-pantai berpasir putih. Sesekali, berubah menjadi tanah lapang tandus yang dipenuhi binatang ternak dan kuda. Pun bangunan khas yang berbentuk rumah panggung............LandoloBoys

SUNARA NDOSO

SUNARA NDOSO


Suna randoso atau sunatan dan khitanan adalah merupakan keharusan sebagi orang tua juka mempunyai anak laki-laki atau perempuan berumur 7 – 9 tahun bagi yang laki disebut sunatan dan anak perempuan disebut khitanan sebagai warisan budaya dan adat masyarakat dompu yang berasaskan kitabaullah dan ajaran rasulullah sesungguh anak yang berumur 7 – 9 tahun harus disunat dan dikhitan tentunya mempunyai patokan dan ketentuan adat istiadat yang berlaku :
i. Musyawarah (Mbolo Weki) yang merupakan kesepahaman dan kesepakatan diantara keluarga dekat dan masyarakat dompu pada umumnya melaksanakan secara bersama-sama juka ada hajatan atau disebut dengan bahasa daerahnya (Kancombu Rakancore).
Ii. Hataman al-qur’an yang pada dasarnya anak yang disunat dan dikhitan sebaiknya bisa mengaji dahulu sebelum disunat.
Iii. Melakukan ngaji jama’ (Ngaji Jama’) sekaligus do’a bersama agar pelaksanaan hajatan yang dimaksud terhindar dari hambatan dan rintangan sejak awal hingga pada akhirnya.
Iv. Arak-arakan dengan menggunakan umalige (Rumah Tradisi Dompu sebagai tempat duduk mereka kemudian dipasung secara bersama-sama berkeliling kampung dan diiringi dengan gendang besar dan nafiri (silu) juga ............... Yang lainnya seperti jara, sarone, kareku kandei. Tari penyambutan dan permainan rakyat seperti gantaung, permainan prisaian dan hadara.
V. Kapanca adalah merupakan pemberian kecantikan pada diri si anak agar dia bisa melupakan rasa sakit yang ia bayangkan yang dilakukan oleh kaum wanita yang mempunyai karismatik ditengah-tengah masyarakat terdiri dari 7, 9 bahkan 11 orang dengan menggunakan beras kuning untuk ditabur pada sekeliling anak, air bunga untuk diteteskan pada badan dan daun pacar untuk ditempelkan pada telapak tangan si anak dengan melakukan zikir (sarafal anam) sebai pengirim diaat melakukan kapanca.
Vi. Compo sampari (Persenyawaan dengan Bedogan) yang dilakukan oleh kaum bapak, anak laki-laki agar diri si anak tidak gentar dan takut menghadapi musibah yang menimpa dirinya yaitu ujung kemaluannya dipotong (Dou Rangga) dan sebagai landasan petuah adat masyarakat dompu jasmani dan rohani harus memiliki empat faktor untuk kehidupan yaitu : umataho, wei taho, jara taho, besi taho yang artinya rumah yang baik, istri yang baik, kuda yang baik dan besi yang baik untuk kehidupan.
Vii. Makka adalah si anak dengan melakukan gerakan menghulu keris ................ Pusaka dengan mengentaskan kakinya sambul berucap tas rumae 3 x. Dompora sumpu wudu lamada mada watira dahuku. ....... Ake dou rangga ....... Mada dahu dipili tas rumae 1, 2 kali dengan langkah mundurdan mencium keris dan keris dimasukan pada sarungnya yang artinya :
-tas ruma = dengan nama tuhan aku bertawakal.
-dompo sumpu wudu lamada = potong ujung kemaluanku.
-ake dou rangga = saya orang yang kuat (laki-laki jantan).
- mada dadahu dipili tidak takut rasa sakit.
-tas rumae = bertawakal atas nama tuhanku.

Viii. Penyunatan dan Penghitanan :
proses ini bagi anak laki-laki dilakun oleh kaum bapak bagi anak perempuan dilakukan oleh kaum ibu disaat sunat dan khitanan selalu dibunyikan gendang dan salawat nabi dan sisa kotoran tersebut dimasukan dalam periuk baru yang berlilitkan kain kafan dan benang putih lalu dibuang kesungai dengan melempar diatas loteng dengan bahasa petuah agar anak tersebut dikelak kemudian hari anak tersebut menjadi pemimpin dan panutan bagi orang lain.

Ix. Do’a (Jamu Bersama)
Bermohon pada yang maha kuasa agar anak yang disunat dan dikhitan selamt dan cepat sembuh luka yang dideritanya dan semoga anak tersebut taat pada orang tua dan berguna bagi masyarakat bangsa dan negara serta menegakkan agamanya, amin ya rabal alamin.

X. Sedekah (mebagi-bagikan isi bumi yang diperagakan sebagai sesajin untuk memperindah dan bahan untuk kehidupan) seperti :
- Wua Haju = Buah-buahan.
- Isi Dana = Biji-bijian dari tanah.
- Pangaha = Jajan Tradisional
a. Untuk anak-anak sekitarnya.
B. Untuk dukun sunat (Sando) sunat

Demikian uraian singkat tentang prosesi sunatan dan khitanan atau bahasa daerahnya disebut “suna randoso” yang menjadi kebiasaan masyarakat dompu tempo dulu hingga sekarang yang telah ditetapkan dengan patokan hukum adat dan tradisi masyarakat bumi nggahi rawi pahu kabupaten dompu atas saran kritikan dari semua pihak kami terima dengan senang hati sebagai menambah wawasan dan pengetahuan untuk kelengkapan budaya lokal untuk dijadikan budaya nasional dimasa-masa yang akan datang....

MISTERI KARO'A PIDU

MISTERI KARO'A PIDU

Syekh Nurdin Dan 3 Ulama Dari Negeri Seberang

Sejarah di Dana Dompu mencatat, ketika Syekh Nurdin seorang ulama terkemuka keturunan Arab Magribi menginjakan kakinya di Bumi Dompu sekitar 1528 untuk menyebarkan Islam sambil berdagang, saat itu Dompu di bawah Pemerintahan Raja Bumi Luma Na’e yang bergelar Dewa Mawa’a Taho (Saat itu Dompu belum mengenal Islam/masih menganut ajaran Hindhu) sebab saat itu Kerajaan Dompu masih di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit (Raja Hayam Wuruk) dengan Mahapatih Sang Gajah Mada Amurwa Bumi.
Kehadiran syekh Nurdin di Kerajaan Dompu tampaknya mendapat simpatik dari rakyat Dompu terutama Raja Dompu saat itu. Bahkan lambat laun ajaran Islam yang di bawa oleh Syekh Nurdin dengan cepat dapat diterima oleh rakyat Kerajaan Dompu termasuk dari para kalangan Istana (Bangsawan).
Konon cerita,salah seorang putri dari keluarga Kerajaan Dompu tertarik terhadap ajaran Islam yang di bawa oleh Syekh Nurdin. Sang Putripun akhirnya belajar dan memeluk Islam di hadapan syekh Nurdin, bukan itu saja,sang putri Raja itupun akhirnya menaruh hati dan menikah dengan Sang Ulama tersebut.
Putri Raja yang tidak diketahui nama aslinya itupun akhirnya mengganti namannya setelah menikah dengan syekh Nurdin dengan Islam yakni ST.Hadijah. Dari pernikahan dengan Syekh Nurdin itu dikaruniai 3 orang anak 2 orang putra dan 1 orang perempuan masing – masing bernama Syekh Abdul Salam , Syekh Abdullah dan Joharmani.
Pada saat Syekh Nurdin dan keluarganya berangkat ibadah haji ke tanah suci Makkah AL Mukarrahmah sambil belajar untuk memperdalam ilmu Agama Islam, Syekh Nurdin dan dan salah seorang putranya yakni Syekh Abdullah, tidak kembali ke Dompu karena meninggal di Makkah . Hanya Syekh Abdul Salam. Dan ibundanya ST. Hadijah serta adik perempuannya yakni Joharmani yang kembali ke Dompu. Isteri Syekh Nurdin dan kedua anaknya yang sudah menyandang gelar Haji akhirnya pulang ke Dompu dengan membawaoleh-oleh berupa kitab suci AL Qur`an sebanyak 7 buah. (Di Dompu dikenal dengan istilah KARO`A PIDU). Konon 7 buah kitab suci AL Qur`an yang di bawa dari Makkah oleh keluarga Syekh Nurdin tersebut saat ini masih tersimpan dengan baik di rumah kediaman (Asi Mpasa) Ruma Siwe (Hj.ST Hadijah Isteri Almarhum Sultan Muhammad Tajul Arifin Siradjuddindin,Sultan Dompu terakhir)..
Islam menjadi Agama resmi Kerajaan Dompu ketika putra pertama Raja Dompu yakni LA BATA NA`E naik Tahta menggantikan Ayahandannya. Untuk memperdalam ilmu Agama Islam,La Bata Na`E pergi meninggalkan Dompu untuk menimba Ilmu mulai dari Kerajaan Bima,Makassar (GOA) bahkan sampai ke tanah Jawa. Setelah menguasai berbagai macam ilmu Agama Islam, La Bata Na`E akhirnya kembali ke Kerajaan Dompu untuk meneruskan memimpin pemerintahaan warisan sang Ayahandanya. Raja Dompu Bumi Luwu Na`E. Pada tahun 1545,La Bata Na`E resmi nak Tahta menggantikan Ayahnya. La Bata Na`E selanjutnya mengubah sistim pemerintahaan di Dompu dari Kerajaan menjadi Kesultanan dan bergelar SULTAN SYAMSUDDIN.
La Bata Na`E atau Sultan Syamsuddin merupakan sultan Dompu pertama sekaligus salah satu Sultan Dompu yang pertamakali memeluk Agama Islam dan selanjutnya Agama Islam saat itu resmi menjadi Agama di wilayah Kesultanan Dompu..
Untuk mendampingi dalam memimpin pemerintahaan di Kesultanan Dompu,sultan syamsuddin akhirnya menikah dengan Joharmani saudara kandung Syeh Abdul Salam pada tahun yang sama (1545). Syeh Abdul Salam diangkat oleh Sultan Syamsuddin sebagai Ulama di Istana Kesultanan Dompu. Makam Syekh Abdul Salam terletak di Kampung Raba Laju Kelurahan Potu Kecamatan Dompu, makam keramat tersebut saat ini oleh Pemerintah telah dijadikan salah satu Situs Purbakala. Bahkan untuk mengenang nama Syekh Abdul Salam,di dekat makam Syekh Abdul Salam terdapat pemakaman umum yang dinamakan oleh warga Dompu yakni `RADE SALA` (Kuburan Abdul Salam).
Kemudian sekitar tahun 1585, datanglah beberapa saudagar/ pedagang sekaligus ulama Islam dari Sumatera yakni bernama Syekh Hasanuddin, Seykh Abdullah dari Makassar dan Sykeh Umar Al Bantani dari Madiun Jawa Timur, dan selanjutnya mereka ini menetap di Dompu untuk membawa Syi’ar Agama Islam.
Kedatangan 3 Ulama dari negeri seberang tersebut rupanya mendapat simpatik yang baik dari sultan Dompu dan masyarakat diwilayah kesultanan Dompu. Untuk membuktikan rasa simpatik dan hormatnya terhadap ketiga orang ulama tersebut akhirnya, Syekh Hasanuddin mendapat kehormatan dari Sultan Syamsuddin untuk menduduki salah satu jabatan yakni QADI (setingkat menteri Agama di kesultanan) dan selanjutnya bergelar WARU KALI. Kemudian Syekh Umar AL Bantani dan Syekh Abdulah dipercaya Sultan Syamsuddin sebagai Imam Masjid di Kesultanan Dompu. Syekh Hasanuddin yang bertempat tinggal di Kandai I meninggal dunia dan dimakamkan di tempat itu pula. Oleh masyarakat Dompu lokasi atau komplek pemekaman tersebut kini di kenal dengan sebutan MAKAM WARU KALI. Pada masa pemerintahaan Bupati Dompu H.Abubakar Ahmad,SH periode (2000-2005) Waru Kali di lakukan penelitian dari tim Arkelogi dan Purbakala yang dipimpin oleh DR.Haris Sukandar dan Dra. Ayu Kusumawati menyimpulkan bahwa lokasi Waru kali merupakan peninggal bersejarah tinggi di Dompu ribuan tahun yang lalu dan akhirnya komplek tersebut ditetapakan sebagai salah satu situs peninggalan Purbakala yang bernilai sejarah tinggi. Situs Waru Kali berdekatan dengan Komplek situs Doro Bata di Kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu. Menurut cerita di Dana Dompu, Syekh Umar Al Bantani dan Syekh Abdullah membangun sebuah tempat ibadah (Masjid/Mushola) yang berukuran kurang lebih sekitar 4X4 meter tepatnya di dekat perkampungan yang diberi nama Karijawa. Masjid tersebut konon merupakan satu-satunya Masjid Kesultanan Dompu. Menurut riwayat,bekas tempat bangunan Masjid yang di bangun oleh dua orang ulama terkenal itu kini tempatnya sudah berubah fungsi menjadi komplek kantor Kelurahan Karijawa. Sedangkan Masjid Agung Baiturahman Dompu dahulu kala lokasi tersebut merupakan tempat atau bekas Istana Kesultanan Dompu.(*).

CATATAN :
Beberapa makam kuno milik para ulama yang sangat berjasa menyebarkan Islam di Dompu saat ini sebagaian masih dapat dilihat di beberapa tempat di Dompu seperti makam Syekh Abdul Salam di kampong Raba Laju Kelurahan Potu (Rade Sala), kemudian makam Syekh Hasanuddin di keluarahan kandai I Kecamatan Dompu. Makam tersebut oleh warga Dompu dikenal dengan sebutan makam Waru Kali (Rade Waru Kali). Kemudian di Ja`do terdapat pula makam ulama besar di Dompu yakni makam milik Syekh Nurdin,Kemudian di Bukit DORO SAWETE terdapat makam tua yang letaknya diatas bukit,makam tersebut hanya satu saja,konon makam tersebut milik ulama penyebar Islam di Dompu yakni Syekh Abdurahman yang berasal dari negeri Bagdad (Irak)(*).



MASJID "SYEKH ABDUL GANI DOMPU"


Selain barang-barang peninggalan masa prasejarah ternyata di Dompu banyak terdapat pula beberapa peninggalan atau bangunan kuno lainya meskipun saat ini hanya tinggal sisa-sisa kenangan dan hanya sebatas cerita nostalgia. Namun demikian hal itu membuktikan bahwa Dompu pernah berjaya bahkan sempat mencapai puncak jaman keemasan di masa lampau.
Hampir 99 porsen masyarakat Dompu saat ini memeluk Agama Islam dan sisanya beragama Non Muslim. Sejarah juga mencatat bahwa Dompu ternyata sangat besar andilnya khususnya dalam upaya masuknya agama Islam di Nusantara khususnya diwilayah pulau Sumbawa lebih-lebih di daerah Dompu itu sendiri. Bahkan bukti-bukti penyebaran Islam di dompu banyak terdapat di daerah ini seperti adanya makam para ulama yang dulu pernah membawa dan menyebarkan ajaran Islam di wilayah Dompu seperti misalnya,adanya makam "Waru Kali" yang terdapat di kelurahan kandai I Kecamatan Dompu. Oleh masyarakat setempat kuburan kuno tersebut di yakini sebagai makam atau kuburan seorang ulama besar yang berasal dari pulau Sumatera yakni Syekh Hasanuddin. Kemudian ada juga Makam mubalig atau ulama besar lainya yakni makam Syekh Abdul Salam yang berada di Raba Laju Kelurahan Potu Dompu. Selain dua ulama itu di Dompu konon juga dating beberapa ulama dan mubalig besar yang berjasa menyebarkan Islam di Dompu seperti Syekh Umar, Syekh Bantam dari Madiun Jawa Timur, dan juga Syekh Abdullah dari Makasar.
Sejarah juga mencatat bahwa,pengaruh Islam masuk di Dompu sekitar tahun 1628 bahkan pengaruh Islam secara kecil-kecilan sudah mulai masuk di Dompu sekitar tahun 1528, artinya Islam mulai masuk di Dompu sekitar abad ke-16. Selain bangunan makam atau kuburan ulama,di Dompu ternyata juga ada peninggalan bangunan kuno berupa Masjid. Masjid yang paling terkenal dulu bernama Masjid "Syekh Abdul Gani". Menurut salah seorang tokoh masyarakat yang juga sebagai pemerhati budaya di Dompu H.Muhammad Yahya (71) kepada penulis di kediamannya di Kelurahan Potu Dompu menuturkan, Masjid Syekh Abdul gani tersebut sebenarnya sudah ada sejak jamannya Sultan Abdullah (1871-1882) ayah kandung dari Sultan Dompu yang ke-20 yakni Sultan Muhammad Siradjuddin (Manuru Kupa). Konon masjid tersebut berada atau terletak di dekat bangunan komplek Istana kesultanan Dompu yang saat itu berada di lokasi Masjid Agung Baiturahman (Masjid Raya Dompu). Sayang masjid Syekh Abdul Gani yang juga dikenal dengan nama Masjid Istana tersebut kini lokasinya sudah berdiri bangunan Kantor pemerintah kelurahan Karijawa Kecamatan dompu.
Menurut H.Muhammad Yahya, masjid peninggalan kesultanan tersebut konon ada kaitanya dengan nama besar seorang ulama dan mubalig kondang yakni Syekh Abdul Gani. Bagi masyarakat Dompu nama Syekh Abdul Gani merupakan seorang ulama besar yang sangat berjasa menyebarkan Islam di daerah ini bahkan di pulau Lombok dan Sumbawa serta Bima,Syekh Abdul Gani dikenal sebagai ulama besar yang berjasa membawa Islam di wilayah NTB bahkan di Nusantara. Syekh Abdul Gani konon pernah bersama dengan tokoh pendiri NU (Nahdlatul Ulama) sama-sama menimba ilmu agama Islama di tanah suci Makkah Al-Mukarrohmah,bahkan syekh Abdul Gani merupakan salah seorang Imam masjid di Masjidil Harram di Makkah.
H.Muhammad Yahya juga menuturkan, bangunan Masjid Syekh Abdul Gani di bongkar sekitar tahun 1950-an. Sedangkan bangunan Istana Kesultanan Dompu di bongkar pada saat Jepang masuk di Dompu sekitar tahun 1941. Lokasi atau tempat bangunan Istana Kesultanan Dompu kini sudah berdiri sebuah masjid yakni Masjid Agung Baiturahman Dompu (Masjid Raya Dompu).
Meskipun Masjid Syekh Abdul Gani kini hanya tinggal nama,tetapi di Dompu juga masih ada peninggalan sisa jaman keemasan Islam di daerah ini, bangunan tersebut yakni Masjid Al-Mansyur (Syekh Mansyur). Masjid tersebut terletak di kampung Magenda Kelurahan Potu Kecamatan Dompu. Menurut H.Muhammad Yahya, masjid tersebut dulu hanya sebuah bangunan Mushola dan di bangun oleh Syekh Mansyur. Siapakah sosok ulama besar bernama Syekh Mansyur tersebut? H.Muhammad Yahya salah seorang tokoh sepuh yang tinggal di kelurahan Potu Dompu ini menjelaskan bahwa, Syekh mansyur adalah keturunan atau anak dari Syekh Abdul Gani. " Masjid ini sudah mengalami perombakan (rehab) sebanyak 4 kali,dan sekarang Masjid tersebut di rehab atau diperbaiki kembali oleh Pak bupati Dompu H.Abubakar Ahmad," kata tokoh sepuh yang masih cukup energik ini, di kediamanya di Kelurahan Potu Dompu.
Almarhum Syekh Mansyur dikenal sebagai seorang ulama dan mubalig yang cukup kharismatik sama persis almarhum ayahandanya yakni Syekh Abdul Gani. Di kampung Magenda inilah konon Syekh Mansyur melakukan pusat berdakwah sekaligus menjadikan kampung Magenda sebagai pusat kegiatan Islam di dompu. Setelah syekh mansyur wafat,sebenarnya almarhum hendak dimakamkan di wilayah "SO JA`DO" sekarang masuk dalam wilayah Kelurahan Bali I Dompu. Namun karena banyak pertimbangan oleh para tokoh-tokoh masyarakat saat itu,akhirnya almarhum di kuburkan berdekatan dengan masjid yang didirikannya itu (Masjid Al-Mansyur/Masjid Syekh Mansyur).
Masjid yang sudah mengalami perombakan selama empat kali itu,kini kondisinya cukup bagus dan merupakan bangunan permanen,apalagi setelah Bupati Dompu saat itu H.Abubakar Ahmad,SH turun tangan dengan memberikan bantuan untuk merehab Total bangunan yang bernilai sejarah tinggi tersebut.

.Di kutip dari berbagai sumber yang ada di dana Dompu.

Sabtu, 19 Desember 2009

Letusan Tambora, Sebuah Misteri Lahirnya Dompu Baru


Seperti di daerah lain Lombok,Sumbawa dan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas Kerajaan atau Kesultanan. Bahkan konon Kerajaan Dompu merupakan salah satu Kerajaan yang paling tua khususnya di bagian Indonesia Timur. Arkeolog dari Pusat balai penelitian arkeologi dan Purbakala Drs.Sukandar dan Dra. Kusuma ayu pada saat melakukan penelitian di Dompu beberapa waktu lalu pernah menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitiannya di Dompu dapat disimpulkan bahwa Dompu (Kerajaan DOMPO-Red) adalah Kerajaan paling tua diwilayah Timur Indonesia.

Namun sayang, tidak seperti di Lombok,Sumbawa dan Bima dimana untuk mengetahui lebih jauh tentang Kerajaan tempo dulu ketiga daerah tetangga tersebut banyak didukung oleh berbagai bukti otentik yang dapat menggambarkan tentang peristiwa sejarah tempo dulu,sedangkan di Dompu bukti otentik untuk mendukung keberadaan sejarah masa lalu tampaknya masih sangat kurang sekali bahkan bisa dikatakan hampir sudah tidak ada sama sekali. Barangkali inilah merupakan salah satu tugas dan kewajiban khususnya bagi kalangan generasi muda di daerah ini untuk lebih bekerja keras agar berbagai tabir misteri sejarah tempo dulu dapat segera terungkap meskipun hal itu membutuhkan perjuangan dan usaha yang cukup menyita waktu bahkan material sekalipun. Upaya pemkab Dompu dalam rangka untuk mencapai hal tersebut patut kiranya didukung oleh semua pihak,bahkan pemkab Dompu sendiri telah banyak berupaya dan tentunya pekerjaan tersebut akan sukses apabila selalu mendapat dukungan serta do,a restu dari seluruh lapisan masyarakat yang ada dan jangan malah pekerjaan itu dianggap hanya akan membuang energi serta mubazir saja. “Orang bijak mengatakan,terlalu sombong dan munafik apabila kita melupakan sejarah kita sendiri”, semoga hal itu tidak akan pernah terjadi, amin.

Sejarah mencatat,di dompu sebelum terbentuknya kerajaan konon didaerah ini berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “NCUHI” atau Raja Kecil, para ncuhi tersebut terdiri dari 4 orang yakni Ncuhi Hu,u yang berkuasa diwilayah kekuasaan daerah Hu,u (Sekarang kecamatan Hu,u Dompu – Red), kemudian Ncuhi Saneo yang berkuasa didaerah Saneo dan sekitarnya (sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan woja Dompu), selanjutnya Ncuhi Nowa dan berkuasa didaerah Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa diwilayah kekuasaannya yakni di sekitar Tonda dan saat ini masuk dalam wilayah Desa Riwo kecamatan woja Dompu.

Diantara keempat Ncuhi tersebut yang paling terkenal konon yakni Ncuhi Hu,u. menurut cerita rakyat yang ada bahwa,konon di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi bernama “Sang Kula” yang akhirnya mempunyai seorang anak perempuan bernama “Komba Rame”. Ncuhi ini kemudian terkenal dengan nama Ncuhi “Patakula”. Pada saat itu konon terdamparlah putra Raja Tulang Bawang didaerah woja yang sengaja mengembara di daerah Woja bagian timur. Singkat cerita akhirnya putra Raja Tulang Bawang ini kawin dengan putrid Ncuhi patakula dan selanjutnya para Ncuhi yang ada akhirnya sepakat untuk menobatkan putra Raja Tulang Bawang tersebut sebagai Raja Dompu yang pertama. Pusat pemerintahannya konon disekitar wilayah desa Tonda atau di desa Riwo masuk dalam wilayah kecamatan woja sekarang.

Sedangkan Raja ke-2 Dompu adalah bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinana antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah : Dewa Mbora Bisu,Raja dompu ang ke-3 adalah yaitu yang menggantikan kakaknya Dewa Indra Dompu,cucu dari Indra Kumala. Dewa Mbora Belanda : beliau adalah saudaranya dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa indra Dompu yang menjadi Raja ke-4 didaerah ini. Dewa yang punya Kuda. Pengganti Dewa Mbora Belanda adalah putranya yang bernama Dewa yang punya Kuda dan memerintah sebagai Raja yang ke-5,Dewa yang mati di Bima.

Raja yang dikenal sebagai seorang yang dictator,sehingga diturunkan dari tahta kerajaan oleh rakyat Dompu ialah Dewa yang mati di Bima. Beliau konon menggantikan ayahnya (Dewa yang punya Kuda) sebagai raja yang ke-6 di Dompu akan tetapi karena hal itu akhirnya di bawa ke Bima dan meninggal di sana,dewa yang bergelar “Mawaa La Patu”. Raja inilah sebenarnya yang akan di nobatkan sebagai raja Dompu yang menggantikan dewa yang mati di Bima,namun beliau ke Bima dan selanjutnya memerintah di sana. Pada masa pemerintahan Raja inilah terkenal satu ekspedisi dari Kerajaan di pulau Jawa yakni kerajaan Majapahit yang konon ekspedisi tersebut di pimpin oleh salah seorang Panglima perang bernama Panglima Nala pada tahun 1344,namun ekspedisi tersebut ternyata gagal.

Oleh rakyat dompu raja yang satu ini sangat dikenal sebagai raja yang disiplin dalam menjalankan pemerintahanya,teratur dalam social ekonomi maupun politik sehingga masyarakat saat itu memberi gelar sebagai “Dewa Mawaa Taho”, semula raja ini dikenal dengan nama “Dadela Nata”. Beliau adalah raja yang ke-7 dan merupakan raja Dompu yang terakhir sebelum masuknya ajaran Islam di Kerajaan Dompu,raja tersebut berkedudukan atau bertahta di wilayah Tonda.

Ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Panglima Nala dan di bawah komanda Sang Maha Patih Gajah Mada mengalami kegagalan pada ekspedisi pertama,selanjutnya menyusul ekspedisi yang ke-2 pada sekitar tahun 1357 yang di Bantu oleh Laskar dari Bali yang dipimpin oleh Panglima Soka. Ekspedisi yang ke-2 inilah Majapahit berhasil menakklukkan Dompu dan akhirnya bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Melihat fenomena diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Kerajaan Dompu tersebut ternyata sudah ada sebelum Majapahit,hal itu juga dapat dibuktikan dalam isi sumpah Palapanya sang Gajah Mada dimana dalam isinya sumpahnya itu disebutlah nama kerajaan DOMPO (Dompu-Red) sebagai salah satu kerajaan yang akan di taklukkan dalam ekspedisinya tersebut.

Kesultanan Dompu.

Pada abad ke-XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah,Kerajaan di kacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa memerlukan campur tangan pihak residen. Sejak Sultan Abdull Azis,putra Sultan Abdullah yang mengganti Sultan Yakub tidak banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya. Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada diwilayah dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels menegaskan,Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima,begitu pula penggantinya sultan Muhammad Tajul Arifin I putra Sultan Abdull Wahab,Sultan Muhammad tajul arifin I diganti oleh Sultan Abdull Rasul II,adik beliau. Dari 5-12 April 1815 ketika tambora meletus akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainya berhasil melarikan diri.

Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata (ASI NTOI) kini merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru (ASI BOU) Karena itu beliau disebut dengan gelar “Bata Bou”, beliau diganti oleh putranya,Sultan Muhammad Salahuddin. Salahuddin mengadakan perbaikan dalam system dan hokum pemerintahaan,beliau menetapkan hokum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama sekaligsu menetapkan hokum adat yang dipakai adalah hokum Islam yang berlalu diwilayah kekauasaanny. Dalam menjalankan pemeerintahaannyaSultan dibantu oleh majelis hadat serta majelis hokum mereka itu dalam tatanan kepangkatan hadat dan hokum,mereka selanjutnya mereka disebut manteri-manteri dengan sebutan “Raja Bicara,rato rasana,e, rato perenta,dan rato Renda” mereka tergabung suatu dewan hadat,merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan sultan.

Hadat juga merupakan kelengkapan pemerintahaan yang berfungsi menjalankan hokum agama yang di kepalai oleh “Kadi” atau sultan menurut keperluannya. Seperti sultan-sultan sebelumnya,salahuddin tetap melakukan hubungan dengan pihak pemerintah kolonial Belanda. Menurut Zolinger,sejak mengadakan perjanjian dengan kompeni pada sekitar tahun 1669. selanjutnya Sultan Muhammad salahuddin diganti leh putranya yakni Sultan Abdullah. Pada masa pemerintahaannya beliau menanda tangani kontrak panjang pada tahun 1886 silam. Beliau Selanjutnya diganti oleh putrannya Sultan Muhammad Siradjuddin yang memperbaharui konrak tersebut pada sekitar tahun 1905. Sejarah juga menyebutkan bahwa Sultan pertama di Dompu setelah adanya likuidasi pergantian pemerintahan dari sistim Kerajaan menjadi Kesultanan yakni Sultan Syamsuddin I. Dan beliaulah merupakan pemimpin atau Raja yang pertamakali memeluk agama Islam begitu sistim pemerintahaannya berubah menjadi Kesultanan. Tahun 1958 Kesultanan dompu yang saat itu dipimpin oleh Sultan dompu terakhir yakni Sultan Muhammad Tajul Arifin (Ruma To,i), sistim pemerintahan di Dompu dirubah menjadi suatu daerah swapraja Dompu dan Kepala daerah Swatantra tingkat II Dompu tahun 1958-1960.

Kerajaan Sanggar.

Sanggar merupakan kerajaan kecil yang terletak disebelah barat laut Dompu disebelah timur kaki gunung tambora. Pada tahun 1805 raja sanggar meninggal dan digantikan oleh saudaranya yakni Ismail ali Lujang. Pada abad ke-XIX,sebelum tambora meletus dengan dahsyatnya, penduduk saat itu berjumlah skitar dua ribu orang pada tahun 1808 dan meningkat menjadi dua ribu dua ratus orang pada tahun 1815.

Ketika Tambora meletus pada bulan april 1815 sebagian besar penduduknya meninggal,dan tinggal dua ratus orang saja dan karena diserang leh perampok pada tahun 1818 mereka melarikan diri ke Banggo di Kerajaan Dompu,dan sebagaian ke Gembe Bima. Dengan bantuan gubernurmen pada tahun 1830 mereka akhirnya kembali ke sanggar. Gubernurmen memberikan bantuan beberapa senapan dan amunisi untuk menjaga diri dari srangan musuh. Pada tahun 1837 penduduk Sanggar masih berjumlah sekitar tiga ratus tiga orang dan pada tahun 1847 meningkat menjadi tiga ratus lima puluh orang atau jiwa. Rumah raja dibuat oleh rakyatnya sendiri dengan bahan dari kayu pilihan secara gotong – royong. Raja dan para pembesar kerajaan saat itu tidak di gaji tetapi tanah-tanah mereka dikerjakan oleh rakyatnya. Pada awal abad ke- XX atau sejak Belanda menguasai pulau sumbawa secara langsung,Kerajaan Sanggar di hapus serta digabungkan dengan kekuasaan Kesultanan Bima hingga sekarang ini.

Kerajaan Tambora.

Kerajaan Tambora yang teretak pada suatu jazirah yang pada ketiga penjuru dibatasi oleh laut. Disebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Sanggar dan Kerajaan Dompu dengan luas areal wilayah 459 pal persegi. Seluruh kerajaan berada disekitar kaki gunung Tambora (Gunung Arun). Sebelum Tambora meletus,air sudah sangat kurang dan untuk mendapatkan air minum penduduk saat itu menggali sumur di sekitar pantai. Rakyat tambora hidup dari berladang atau bercocok tanam serta beternak dan meramu.

Ladang-ladang cukup dilembabpi oleh embun dan karena itu mereka bertanam pada sekitar bulan agustus dan panen pada bulan desember. Kekayaan yang utama adalah ternak kuda dan hasil kayu hutan . setengah dari hasil Gubernemen dan setengah dari kuda-kuda tersebut dikirim ke Kerajaan Bima pada tahun 1806 dan tahun 1807 berasal dari Tambora. Menurut Tobias,pada tahun 1808 Kerajaan Tambora berpenduduk sekitar empat ribu iwa dan pada tahun 1815 atau setelah tambora meletus penduduk kerajaan tambora sebagian habis tewas sebanyak tiga puluh ribu jiwa lebih. Dan pada tahun 1816 sisa penduduk yang masih hidup akhirnya meninggal semua karena diterjang banjir bandang dan banjir lahar,selanjutnya bekas Kerajaan tambora yang sudah habis ditelan ganasnya alam tersebut digabungkan dengan wilayah Kesultanan Dompu hingga sekarang ini. Bekas Kerajaan tambora kini masuk dalam wilayah Kecamatan Pekat Dompu.

Kerajaan Papekat (Pekat).

Dimasa pemerintahan kabupaten Dompu,nama Pekat saat ini merupakan nama sebuah desa yang terletak di wilayah kecamatan Pekat – Calabay Dompu (Nama Ibu Kota Kecamatan Pekat) Konon nama Pekat berasal dari kata “Pepekat”.

Kerajaan kecil ini tidak banyak meninggalkan atau menyimpan bukti-bukti untuk mendukung keberadaan kerajaan tersebut tempo dulu bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali,hanya nama Pekat kini merupakan nama sebuah desa di kawasan lereng gunung Tambora. Catatan sejarah menyebutkan,meskipun suatu kerajaan kecil tetapi Pekat saat itu teraus diijinkan berdiri oleh pemerintah penjanjah VOC terutama untuk membendung pengaruh dari Kerajaan Makassar ang sewaktu-waktu dapat membentuk kekuatan di situ. Maka dengan Pekat pihak VOC mengikat terus persahabatan yang baik sekali, tetapi akibat gunung Tambora meletus,akhirnya penduduk di Kerajaan Pekat musnah seluruhnya kemudian bekas kerajaan Pekat digabung kan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan dompu hingga sekarang ini.

Gunung Tambora Meletus pada tanggal 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu letusan Tambora yang paling dahsyat yakni letusan pada tanggal 11 April 1815 yang mengakibatkan beberapa Kerajaan kecil yang terletak di sekitar Tambora menjadi sasaran empuk musibah tersebut sehingga 3 Kerajaan kecil tersebut musnah. Pralaya (Malapetaka) tersebut tampaknya di satu sisi berdampak positif bagi berkembangan Kerajaan Dompu, sebab setelah sekian tahun lamanya dalam perkembangan selanjutnya wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu bertambah luas wilayahnya karena bekas wilayah 3 Kerajaan kecil pernah musnah akibat letusan Tambora tersebut akhirnya masuk kedalam wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu hingga sekarang ini. Dengan bertambahnya wilayah Kesultanan Dompu tersebut (Pekat,Tambora dan sebagian wilayah Kerajaan Sanggar) maka moment tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi DOMPU BOU (Dompu Baru), yakni pergantian antara Dompu Lama dan Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. 11 April 1815 Tambora meletus dengan dahsyatnya, akibat letusan Tambora wilayah Dompu dikemudian hari bertambah luasnya meliputi bekas Kerajaan Pekat, Kerajaan Tambora. DOMPU YANG BARU pun akhirnya lahir. Oleh ahli sejarah Prof.DR.Helyus Syamsuddin.PHd, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan patokan dan dasar yang kuat sehingga 11 April dijadikan sebagai hari lahir atau hari jadi DOMPU. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah (Perda) No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004 ditetapkan bahwa tanggal 11 April 1815 sebagai hari lahir/hari jadi Dompu. (*).

SEJARAH DOMPU


Dalam lembaran sejarah di Dompu mencatat,sebelum terbentuknya kerajaan konon didaerah ini pernah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai ‘’NCUHI’’ atau raja kecil para ncuhi tarsebut terdiri dari 4 orang yaitu:

  1. Ncuhi Hu,u

yang mempunyai wilayah kekuasaan Hu,u dan sekitarnya(sekarang kecamtan Hu,u)

  1. Ncuhi Saneo

yang mempunyai wilayah kekusaan daerah Saneo dan sekitanya(sekarang kecamatan Woja Dompu).

  1. Ncuhi Nowa

Yang mempunyai wilayah kekusaan Nowa dan sekitarnya(sekarang masuk kecamatan Woja).

  1. Ncuhi Tonda

yang mempunyai wilayah kekusaan Tonda dan sekitarnya dan saat ini masuk dalam wilayah Desa Riwo kecamatan Woja Dompu.

Selain empat Orang Ncuhi yang terkenal di Dompu terdapat pula Ncuhi lainya seperti Ncuhi Tolo Fo,o,Ncuhi Katua,Ncuhi Dorongao,Ncuhi parapimpi dan Ncuhi Dungga.para ncuhi mengusai satu wilayah dengan penduduknya di beberapa bekas pemukiman lama atau perkampungan yang di kuasai oleh para Ncuhi dan sampai saat ini nama perkampungan itu masih melekat bahkan telah di abadikan menjadi salah satu nama Desa atau kecamatan di kabupaten Dompu.

Beberapa perkampungan atau negeri yang pernah menjadi wilayah kekusaan para Ncuhi itu misalnya: negeri Tonda,negeri Soro Bawah letaknya di Doro La Nggajah letaknya ditepi pantai teluk Cempi Huu.negeri bata letaknya di Doro bata kelurahan kandai satu ,negeri Tolo fo,o letaknya di sebelah utara Dusun Rababaka Desa Matau kecamatan Woja,negeri para sada sekarang merupakan lokasi persawahan So Mangge kalo di kampung Pelita kelurahan Bada,negeri La Rade lokasi tersebut berada di areal pertanian so Jero ,negeri dungga terletak di sekitar Dam rabalaju,negeri Dorongao letaknya di kelurahan Kandai satu .

Kerajaan Dompu merupakan hasil penyatuan atau bersatunya para Ncuhi yang ada diwilayah Dompu saat itu,sistim pemerintahan berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja(sangaji)disebutah susunan Raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan dompu yang pertama.

  1. Dewa Sang Kula

Konon Raja ini berasal dari negeri tanah seberang tokoh ini datang ke Dompu melalui laut tepatnya di wilayah telauk Cempi Hu,u menggunakan perahu yang terbuat dari Bambu betung yang masih muda dan mendarat di pantai Ria di riwo Woja,selanjutnya Sang tokoh tersebut bermukim diwilayah Riwo.dan atas kesepakatan para Ncuhi yang ada di tanah Dompu saat itu .lantas di angkat menjadi seorang raja pertama kali di dan dompu .

  1. Dewa Tulang Bawang.

Tokoh ini oleh masyarakat Dompu berdasarkan tuturan dari para sesepuh bahwa,Dewa tulang bawang ini konon berasal dari negeri tulang bawang sumatra tepatnya di Bukit siGuntang dewa tulang bawang mengembara di negeri Dompu.dan menurut cerita rakyat Dompu tokoh ini,datang di Dompu menggunakan perahu dan terhempas gelombang dasyat sehingga perahu yang ditumpanginya terdampar dan berubah menjadi sebongkah batu dan oleh masyarakat Dompu batu tersebut di kenal dengan istilah Wadu Lopi.Dewa tulang bawang kemudian menikah dengan seorang putri anak dari Sang Kula Indra kumala dan selanjutnya menjadi raja dompu yang kedua.

  1. Dewa Indra Dompu.

Merupakan putra dari Dewa tulang Bawang

  1. Dewa mambara bisu

adalah saudara dari dewa Indra Dompu.

  1. Dewa Mambawa Balada.

Juga saudara kandung dari dewa indra Dompu.

  1. Dewa kuda (dewa yang punya Kuda).

Merupakan putra dari dewa mambara belada.

  1. Dewa Mawa,a taho.

Merupakan putar dari dewa kuda dan dimas pemerintahanya sekitar tahun 1340 terjadi ekspedisi laskar dari kerajaan majapahit untuk menaklukan Dompo.majapahit saat itu dipimpin oleh panglima perangnya yakni panglima Nala dan dibantu dari pasukan kerajaan Bali yang dipimpin oleh panglima perangnya pasung gerigis namun kerajaan Dompu belum dapat di taklukan oleh majapahit konon sisa laskar Majapahit banyak yang tidak kembali ke negerinya pada akhirnya menetap di Dompu tepatnya di sekitar wilayah teluk cempi Huu.

8. Dewa Dadalanata.

Pada tahun 1357 dibawah pimpinan panglima Soko dan panglima Dadalanata dan dibantu laskar dari kerajaan Bali saat itu membuat kesepakatan untuk melakukan perang tanding tampa melibatkan laskar dan Rakyat agar tidak terjadi korban banyak perang tanding digelar akhinya dompu saat itu harus takluk kepada majapahit atas kesepakatan antara Raja Dompu Dewa mawa,a Taho dan panglima soka akhinya laskar majapahit yang paling tangguh dan diangkatlah Dadalanata menjadi Raja Dompu terakhir di Dompu,sebelum berubah sistim pemerintahan menjadi kesultanan.

Susunan para sultan yang pernah memerintah Dompu(1545-1958).

  1. Sultan Syamsuddin La Bata Na.E(1545.. ?)

- adalah putra dari mawa.a taho (yaitu raja dompu yang ke-7)

- sultan yang pertama masuk islam

- dikenal sebagai raja yang ulet dan bijaksana sehingga di beri gelar MAWA.A TUNGGU

- yang mendirikan istana bata(doro bata)

- memerintah di wilayah tonda

  1. Sultan jamaluddin .Manuru Doro Ngao(1640)

- putra dari sultan syamsuddin(Mawa.a Tunggu)

- mengangkat dirinya menjadi raja bicara Dompu

- bertahta di Doro ngao

  1. Sultan Sirajuddin.Manuru Bata(1640-1682).

- putra dari Mawa,a tunggu atau Sultan Samsudin.

- Dinobatkan sebagai Sultan Dompu sebelum memasuki usia dewasa

- Tahun 1669 menandatangani perjanjian politik dengan belanda di benteng Roterdam makasar.

- Beliau yang memulai persahabatan dengan komponi beland

  1. Sultan Ahmad bergelar Manuru Kilo(1682-1686).

- putra dari sultan Sirajudin.

- Dinobatkan menjadi Sultan Dompu pada tahun 1686.

- Sepulang dari Betawi tinggal di pelabuhan Kilo.

- Diberi gelar Manuru Kilo karena meninggal di pelabuhan kilo.

  1. Sultan Abdul Rasul bergelar manuru Laju(1686-1701).

- putra dari sultan Sirajudin dikenal sebagai Raja yang gagah berani.

  1. Sultan Usman Manuru Goa(1701-1702).

- putra dari sultan Abdul Rasul memerintah tidak lama.

- Meninggal di makasar.

7 Sutan Ahmad syah bergelar Manuru Kempo(1702-1717).

- putra dari Manuru Laju(Sultan Abdul Rasul).

- Wafat di kempo setelah pulang dari makasar.

8 Sultan Abdu Kadir Mawaa Alus(1717-1727).

- putra Manuru Laju(Sultan Abdul rasul).

- Dikenal dengan Raja yang memerintah dengan bijaksana.

  1. Sultan Samsudin bergelar Mawaa Sampela(1727-1737).

- putra dari sultan Usman.

  1. Sultan Kamaludin. (1737)
  2. Sultan Abdul Kahar Manuru Hidi. (1737-1746)
  3. Sultan Abdurahman bergelar Manuru kempo II. (1746-1748)
  4. Sultan Abdul Wahab bergelar Mawaa Cau. (1749-1792)
  5. Sultan Abdulah bergelar Mawaa Saninu.(1793-1798)
  6. Sultan Yakub bergelar Negeri Mpuri.(1798-1799)
  7. Sultan Abdulah Tajul Arifin I bergelar mawa`a Bou. (1799-1801)
  8. Sultan Abdul Rasull II bergelar Manuru Bata.(1801-1857)
  9. Sultan Muhamad Salahudin Mawaa adi. (1857-1870)
  10. Sultan Abdulah II bergelar Mambora Bara Ncihi Ncawa. (1871-1882)
  11. Sultan Muhamad Sirajudin bergelar Manuru Kupa. (1882-1934)
  12. Sultan Muhamad Tajul Arifin bergelar Mawaa Sama (Ruma Toi). (1947-1958).