Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini dibuat atas dasar iseng-iseng saja. Mumpung lagi ada waktu luang jadi coba-coba deh, hehe.. Di dalam blog ini juga saya menulis apapun yang saya bisa tulis So, kalau dibilang isinya campur aduk ya maklum-maklum aja Tapi walaupun iseng kalau ada tulisan saya di blog ini yang salah atau menyinggung para pembaca, mohon koreksinya.

Jumat, 21 Februari 2014

SUKU BIMA

SUKU BIMA (DOU MBOJO)

Suku Bima merupakan suku yang mendiami Kabupaten Bima dan Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sukun ini telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pemukiman orang Bima biasa disebut kampo atau Kampe yang dikepalai orang seorang pemimpin yang disebut dengan Ncuhi. Jumlah Ncuhi yang terdapat di Suku Bima adalah tujuh Ncuhi yang pemimpin di setiap daerah.

Ncuhi dibantu oleh golongan kerabat yang tua dan dihormati. Kepemimpinan diwariskan turun temurun di antara keturunan nenek moyang pendiri desa. Setiap daerah menamakan dirinya sebagai bagian dari Bima, meski pada kenyataannya tidak ada pemimpin tunggal yang menguasai kepemerintahan tanah Bima.

Berbagai versi menyebutkan asal mula kata Bima menjadi suku tersebut. Ada yang mengatakan, Bima berasal dari kata “Bismillaahirrohmaanirrohiim”. Hal ini karena mayoritas suku Bima beragama Islam. Menurut sebuah legenda, kata Bima berasal dari nama raja pertama suku tersebut, yakni Sang Bima.

Legenda tersebut tertulis dalam Kibat Bo’. Ceritanya berawal dari kedatangan seorang pengembara dari Jawa yang bernama Bima tadi. Bima merupakan seorang Pandawa Lima yang melarikan diri ke Bima pada masa pemberontakan di Majapahit. Dia melarikan diri melalui jalur selatan agar tidak diketahui oleh para pemberontak, lalu berlabuh di Pulau Satonda.

Bima menikah dengan salah seorang putri di wilayah tersebut, dan memiliki anak. Bima memiliki karakter yang kasar dan keras, tapi teguh dalam pendirian serta tidak mudah mencurigai orang lain. Lalu, para Ncuhi mengangkat Bima menjadi Raja pertama wilayah tersebut yang kemudian menjadi daerah yang bernama Bima. Sang Bima dianggap sebagai raja Nima pertamanya.

Hanya saja, Sang Bima meminta kepada para Ncuhi supaya anaknya yang diangkat sebagai raja. Sementara dia sendiri kembali lagi ke Jawa dan menyuruh dua anaknya untuk memerintah di Kerajaan Bima. Oleh karena itu, sebagian bahasa Jawa Kuno kadang-kadang masih digunakan sebagai bahasa halus di Bima.

Nama Bima sendiri sebenarnya adalah sebutan dalam bahasa Indonesia, semnetara orang Bima sendiri menyebutnya Mbojo. Saat menggunakan bahasa Indonesia untuk merujuk “Bima”, yang digunakan tetap harus mengucapkan kata “Bima”. Tetapi bila menggunakan bahasa daerah Bima untuk merujuk”Bima”, kata yang digunakan secara tepat adalah “Mbojo”. Mbojo ini merupakan salah satu suku Bima karena dalam suku Bima sendiri ada dua suku, yakni suku Donggo dan suku Mbojo. Suku Donggo atau orang Donggo dianggap sebagai orang pertama yang telah mendiami wilayah Bima.

Saat ini, mayoritas suku Bima menganut agama Islam yang kini mencapai 95% lebih, di samping sebagian kecil juga menganut agama Kristen dan Hindu. Tetapi, ada satu kepercayaan yang masih dianut oleh suku Bima yang disebut dengan Pare No Bongi, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Pare No Bongi merupakan kepercayaan asli orang Bima. Dunia roh yang ditakuti adalah Batara Gangga sebagai dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai penguasa.

Kemudian ada lagi Batara Guru, Idadari sakti dan Jeneng, roh Bake dan roh Jim yang tinggal di pohon, gunung yang sangat besar dan berkuasa untuk mendatangkan penyakit, bencana, dan lainnya. Mereka juga percaya adanya sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap sakti, Murmas tempat para dewa Gunung Rinjani; tempat tinggal para Batara dan dewi-dewi.

Dalam seni tradisional khas Bima, mereka memiliki tarian khas buja kadanda yang saat ini hampir punah. Namun kini telah mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Selain itu juga ada tari perang khas suku bima. Ada lagi tarian kalero yang berasal dari daerah Donggo lama. Kalero adalah tarian dan nyanyian yang berisi ratapan, pujian, pengharapan dan penghormatan terhadap arwah. Perlombaan balap kuda juga merupakan wujud kesenian lainya dari suku bima.

Adapun bahasa yang digunakan suku Bima adalah Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo. Bahasa ini terdiri atas berbagai dialek, yaitu dialek Bima, Bima Dongo dan Sangiang. Bahasa yang mereka pakai ini termasuk rumpun Bahasa Melayu Polinesia. Dalam dialek bahasanya, mereka sering menggunakan huruf hidup dalam akhiran katanya, jarang menggunakan huruf hidup. Misalnya kata “jangang” diucapkan menjadi “janga”.

Mata pencaharian utamanya masyarakat suku Bima adalah bertani dan sempat menjadi segitiga emas pertanian bersama Makassar dan Ternate pada zaman Kesultanan. Oleh karena itu, hubungan Bima dan Makassar sangatlah dekat, karena pada zaman Kesultanan, kedua kerajaan ini saling menikahkan putra dan putri kerajaannya masing. 

Mereka juga berladang, berburu dan berternak kuda yang berukuran kecil tapi kuat. Orang menyebut kuda tersebut dengan Kuda Liar. Sejak abad ke-14 kuda Bima telah diekspor ke Pulau Jawa. Tahun 1920 daerah Bima telah menjadi tempat pengembangbiakkan kuda yang penting. Mereka memiliki sistem irigasi yang disebut Ponggawa. Para wanita Bima membuat kerajinan anyaman dari rotan dan daun lontar, juga kain tenunan "tembe nggoli" yang terkenal.

Senin, 08 Maret 2010

"""""""""""TUHAN""""""""""

Saya adalah orang yang sangat Percaya Tuhan. Mengapa saya sangat percaya adanya Tuhan? Saya akan menjabarkannya dari pandangan saya sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran. Saya sangat percaya terhadap hal Ghaib. Ghaib dalam hal ini bukan hantu, tetapi sesuatu hal yang ada namun tidak kita ketahui. Misalnya adalah kekuatan lain yang belum dapat dijelaskan oleh akal pikiran kita (bahkan mungkin tidak dapat dijelaksan hingga bumi ini hancur). Tetapi, ada sesuatu Dzat yang mengetahui seluruh hal Ghaib ini, yaitu Tuhan.

Alasan lain yang sangat manusiawi dimulai dari pertanyaan yang selalu muncul dalam benak saya. Pertanyaan itu adalah : Apa yang terjadi setelah saya mati? Apakah seperti orang tidur panjang? Bagi saya, kematian adalah hal yang Ghaib namun pasti. Menurut pemikiran saya, kematian itu tidak seperti orang tidur panjang karena kematian pasti melalui sakratul maut yang rasanya sakit sekali. Tidak mungkin jika orang yang akan tidur diberi rasa sakit yang luar biasa. Bagaimana saya tahu kematian itu sakit? karena orang yang yang mati biasanya mengejang, mengerang, dan dalam wajahnya terpancar bahwa orang tersebut menahan rasa sakit luar biasa. Kita telah dibodohi oleh film-film yang menunjukkan peristiwa tersebut seperti tidur biasa. Jadi, saya berpikir bahwa setelah kematian itu ada sesuatu.

Sebagai orang yang percaya Tuhan, tentunya tidak perlu khawatir jika memang setelah kematian itu ada sesuatu (akhirat). Misalnya, jika seandainya memang tidak ada apa-apa setelah kematian, saya tidak akan rugi. Namun, jika ternyata tidak percaya Tuhan tetapi ada sesuatu setelah kematian. Ini lah yang paling saya amat takutkan. Jadi, lebih baik saya percaya saja agar (mudah-mudahan) tidak merugi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Selasa, 02 Maret 2010

SEBUAH HARAPAN

                                           SEBUAH HARAPAN
                                    Batang bambu berderak-derak
                      Daunpun barjatuhan diterpa angin musim semi
                                         Awan bermuram durja…
                                  Di saat lembayung senja terurai
                                   Dan sang pejuang berpeluh ria
Ombak Lakey bersih merayap pelan
Menyusuri pantai Lakeyku
Mimpiku tidak akan pernah padam
Sekalipun angin bertiup kencang
Dan badai gelombang susul menyusul
Aku ingin tetap menjadi pejuang
Sekalipun mati!
Di telan oleh gelombang pertempuran
Sang jenderal pantang surut ke belakang
Sang prajuritpun pantang rundung oleh kemalangan
Harta satu-satunya seseorang itu adalah harapan
Tanpa itu, manusia adalah sejumput debu
Yang akan di terpa angin tanpa tujuan

 Malang, 05 April 09
By La Ghanas Malingi

Macam - Macam Kebenara

Macam-Macam Kebenaran

1. Kebenarann Logika
Logika adalah cabang yang mempersoalkan tata cara atau jalan-jaan yangharus bertempuh dalam berfikir untuk sampai kepada kebenaran dan bagaimanapun atau betapapun jenis logika yang digunakan untuk menuju kebenaran, ia tidak akan mampu mengantarkan kita kepada kebenaran yang absolute.

2. Kebenaran Verbal
kebenaran verbal adalah kebenaran yang bersifat kata-kata sesuatu pernyataan yang bila dipandang dari sudut kata-kata sudah sah untuk dikatakan benar tetapi ia tidak didukung oleh kenyataan dan kebenaran ini bersifat relatif.

3. Kebenaran Material
Kebenaran material adalah kebenaran yang dirumuskan dari suatukenyataan yang sebenarnya. Pernyataan dari kebenaran ini didukung oleh fakta dan data tetapi kebenaran ini mempunyai kelemahan yaitu sesuatu yang dianggap benar sebagai kenyataan tidak hanya dilihat dari beberapa sudut pandang saja, padahal dibalik kenyataan itu tertimbul kemungkinan lain yangdapat dijangkauoleh akal manusia yang terbatas itu.

4. Kebenaran Wahyu
Kebenaran yang pasti hanyalah berasal dari yang pasti pula. Apa yang disebut kebenaran absolute hanya bisa datang langsung dari yang absolut pula. Didalam Al qur’an, kebenaran absolute disebut Al-haqq dan kebenaran yang besasal dari nya disebut juga Al-Haqq. Yang perlu kita ketahui adalah akal daripada kebenaran adalah Wahyu (dari Tuhan yang absolute).

Jumat, 12 Februari 2010

WADU NTANDA RAHI

WADU NTANDA RAHI
Adasebuah legenda yang menceritakan tentang kesetiaan seorang istri kepada sang suaminya akhirnya menjadi batu, cerita ini berasal dari Dana Mbojo (Dompu / Bima)

Cerita legenda Wadu Ntanda Rahi diyakini banyak terdapat di seluruh pelosok Mbojo. Masyarakat Sanggar meyakini bahwa di sanalah tempat cerita Wadu Ntanda Rahi itu. Namun Inti atau hakikat ceritanya hanyalah satu yaitu tentang kesetiaan seorang istri dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga. Ia menjadi batu karena ingin mengabdikan cinta dan kesetiaannnya kepada sang Suami yang telah merantau dan tenggelam di lautan luas
Pada suatu hari seorang istri yang sangat menyayangi sang suami, pergi keatas bukit gunung untuk melihat suaminya yang pergi berlayar… Tapi sebelum dia pergi ke atas bukit banyak orang-orang di tempatnya itu yang melarang dia untuk keatas sana namun dia tidak mendengarka nasehat dari orang-orang itu, malah menjalankan keinginannya itu untuk meliha suaminya walaupun banyak orang yang melarang dia tidak perduli dengan semua itu………
Akhirya dia kesana denga keinginan yang tinggi karena semua ini yang dia lakukan adalah sebagai tanda pengabdian dan kesetiaan terhadap sang suami…. Setelah nyape di atas bukit gunung dia berdiri dengan lelah, cemas, bahkan melamun sambil memikir dan melihat kearah tempat sang suaminya berlayar … Akhirya seorang istri itu berubah menjadi batu hingga sampai sekarang ini, entah apa kesalahan dan dosa yang dia perbuat sehingga dia bias beruba menjadi batu … Mulai waktu itulah orang-orang disekitar itu memberi nama kepada batu tadi dengan Wadu Ntanda Rahi ( Batu Memandang Suami)



By
La Ghanas Malingi

Jumat, 25 Desember 2009

LAKEY BEACH



Menangkap Angin Di Pantai Lakey Dompu

pantai-la-key KABUPATEN DOMPU punya Pantai Lakey yang terkenal di kalangan peselancar dunia. Setiap Bulan Maret hingga Agustus, pantai yang terletak di Desa Hu’u ini dipenuhi wisatawan yang punya minat khusus di olahraga surfing dan wind surfing. Mereka memang sengaja datang memburu ombak dan angin. Biasanya dari Bali menuju Lombok, kemudian beralih ke Sumbawa. Intinya mengikuti kemana arah ombak yang diinginkan akan terwujud....

Setelah Bom Bali beberapa tahun lalu, Pantai Lakey sempat sepi pengunjung. Wisatawan Australia yang rajin menyambangi takut datang. Tapi kini animo mulai pulih. Bahkan asal negara peselancar yang datang kian bervariasi. Amerika Latin dan Eropa tercatat kian sering datang. Mereka biasanya tinggal dalam hitungan minggu hingga bulan, sebelum akhirnya berkelana mencari tantangan baru.

Lokasi Pantai Lakey sekitar dua jam perjalanan dari Bandar Udara Muhammad Salahuddin, Kabupaten Bima. Untuk menuju tempat ini harus menyewa mobil dengan harga sekitar Rp. 600 ribu, atau kalau mau irit bisa naik bis biasa yang menuju Dompu dengan harga lebih kurang Rp. 50 ribu sampai ke Terminal Ginte Kabupaten Dompu. Baru dari Terminal Ginte bisa tawar menawar dengan Bemo Kota dengan kisaran harga antara Rp. 200 ribu sampai dengan Rp. 300 ribu. Pantai Lakey cukup dikenal di kalangan penggila selancar. Meski ketinggian ombak tidak terlalu istimewa — sekitar enam hingga delapan meter — namun arah sapuannya memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Peselancar dunia menyenangi ombak Lakey karena arah sapuan ombaknya ke kiri bukan ke kanan. “Untuk mengatasi ombak dengan arah kiri perlu keahlian tersendiri. Medannya menjadi berat karena ombaknya kidal,” papar salah satu wisatawan dari Brazil yang tengah asyik mengoles kulit muka dengan krim pelindung matahari.

pantai-la-key2Karena itulah, bagi mereka Lakey adalah salah satu surga dunia. Selain ombak dan angin, pemandangan pantainya masih asri dan mempesona. Pun sepanjang perjalanan dari bandara menuju Lakey. Saat kemarau, pohon-pohon kering meranggas membingkai sepanjang jalan. Berpadu indah dengan pantai-pantai berpasir putih. Sesekali, berubah menjadi tanah lapang tandus yang dipenuhi binatang ternak dan kuda. Pun bangunan khas yang berbentuk rumah panggung............LandoloBoys